MARI BELAJAR 2


Keyakinan kita merupakan hasil dari suatu proses yang berkembang dalam interaksinya dengan keyakinan-keyakinan lainnya. Keyakinan tersebut membentuk pengetahuan, pengertian atau penghayatan kita atas diri, sesama dan Tuhan. Pengetahuan, pengertian atau penghayatan kita juga dapat berkontribusi dalam meneguhkan keyakinan kita, namun dasar bagi ketiga hal tersebut adalah keyakinan.

Melalui (pem)belajar(an) kita dapat mentautkan keyakinan dengan pengetahuan, pengertian dan penghayatan kita. Karena dalam belajar kita mengevaluasi diri sendiri. Evaluasi tersebut terlihat dari keterbukaan dan kesediaan untuk menerima. Menerima di sini memiliki dua aspek yaitu menyetujui dan tidak menyetujui. Misalnya, walau seseorang mengatakan bahwa ia menolak atau tidak mau belajar, namun penolakannya itu merupakan hasil dari belajarnya. Demikian pula sebaliknya.

Menerima adalah hal pertama yang kita lakukan dalam proses belajar sebelum kita dapat memberi. Penting untuk disadari bahwa pencapaian seseorang dalam ilmu pengetahuan, misalnya, dimulai dari sikap menerima. Menerima bukan berarti kita pasif. Justru sebaliknya, menerima memperlihatkan upaya aktif kita dalam menyediakan diri kita untuk sesuatu atau seseorang. Karena itu, banyak tidaknya hasil belajar kita berkorelasi positif dengan banyak tidaknya penerimaan kita.

Belajar menerima seharusnya dimulai dari penerimaan diri sendiri. Menerima diri dengan seutuhnya merupakan tanda kedewasaan yang memampukan kita dalam berinteraksi secara internal diri sendiri dan secara sosial. Dan dalam berinteraksilah kita belajar menerima dan mengalami proses belajar. Demikianlah pengetahuan kita, baik secara konseptual maupun empiris, bertambah dan berkembang.

Berkembangnya pengetahuan kita tanpa dasar keyakinan yang kuat dapat menjadikan pengetahuan tersebut dangkal, baik dari segi kegunaan maupun dari segi kadarnya. Tokoh-tokoh besar dunia, dalam segala bidang, umumnya memperlihatkan keyakinan mereka melalui karya-karya. Sehingga dalam mempelajari karya-karya mereka tersebut orang dapat menghayati atau setidaknya mengetahui keyakinannya. Keyakinan yang kuat menjadikan pengetahuan tersebut "berkarakter." Pengetahuan tersebut menjadi "hidup" yang dapat "menghidupkan" atau setidaknya "menyalakan" atau "mengaktifkan" hidup orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Identitas Diri Orang Percaya Dalam Dunia Digital

The Best Intelectual (5)