Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

The Best Intellectuals (3)

Gambar
"Siapa yang berubah dalam proses belajar dan mengajarkan firman Allah?" Karl Barth membuat parodi Amos 5:21-23, namun dengan maksud yang serius, dalam menggambarkan sikap Tuhan terhadap para teolog dan teologinya, demikian: I hate, I despise your lectures and seminars, your sermons, addresses, and Bible studies, and I take no delight in your discussions, meetings, and conventions. For when you display your hermeneutic, dogmatic, ethical and pastoral bits of wisdom before one another and before me, I have no pleasure in them...(Karl Barth, Evangelical Theology: An Introduction , terj. Grover Foley [Grand Rapids: Eerdmans, 1996/1963], 135) Melihat gerakan guru jalanan itu yang semakin mendapat banyak perhatian, maka gerakan perlawanan juga semakin kuat. Perlawanan yang dilakukan semakin lama semakin terstruktur dan terkoordinasi. Biasnya juga sudah melebar ke beragam masalah: agama, sosial dan politik. Kehadiran guru itu memberi dinamika tinggi di masyarakat. Nam

The Best Intellectuals (2)

Gambar
"Theology today is challenged to rethink the meaning of salvation along relational and communitarian lines"  Sedari jauh sudah terlihat kerumunan orang di sekitar guru itu. Orang yang mengerumuninya dari beragam latar belakang, ragam motivasi dan ragam kepentingan. Namun semua fokus mendengar pengajaran guru tersebut. Guru itu beda dengan guru pada umumnya. Ketika guru lain mengajar berdasarkan rumusan-rumusan, ia mengajar berdasarkan konteks keseharian; ketika guru lain memberi beban tugas (bahkan beban yang berlebihan dianggap bernilai tinggi), ia memberikan beban sesuai kemampuan; ketika guru lain menghukum dengan tegas dan keras, ia menegur dengan kasih; ketika guru lain memberi nilai berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan, ia menilai berdasarkan penguasaan hidup; ketika guru lain dibayar, ia mengajar secara gratis; ketika guru lain mengajar di kelas, ia mengajar di jalan-jalan. Tidak salah bila ia disebut juga guru jalanan. Guru jalanan suatu status yang

The Best Intellectuals (1)

Gambar
"The best intellectuals may exist and operate outside the academy!"  Dalam hal belajar, dari hasil pengalaman dan pembelajaran saya selama ini, terutama di sekolah teologi, ada dua pola yang menonjol (dalam istilah yang sederhana), yaitu: 1) individual - yang memperlihatkan kedalaman pengetahuan dalam kedangkalan relasional - dan 2) komunal - yang memperlihatkan kedalaman relasional dalam kedangkalan pengetahuan. Kedalaman dan kedangkalan merujuk kepada kadar "pengetahuan" yang mereka miliki.  Walau bersifat akademik, pengetahuan, sejatinya, memiliki sifat sosial. Pengetahuan yang diracik dan digodok di laboratorium sekolah akan mendapat status sebagai suatu "ilmu" ketika sudah melewati pengujian dalam realitas sosial. Demikian halnya dengan sekolah teologi. Hasil pembelajaran selama di sekolah teologi akan mendapat pengujian sesungguhnya dalam pelayanan, yang menguji bukan hanya kesimpulan atau jawaban-jawaban teoritis, namun juga penghayatan ata

MARI BELAJAR 3

"...the way to our hearts is through our bodies." James Smith, Desiring the Kingdom, p..58. Otak menjadi pusat perhatian ketika berbicara tentang intelektualitas, pengetahuan, perilaku atau perkembangan. Contoh sehari-hari: "otaknya sudah miring" yang berkonotasi 1. sudah gila, atau 2. berperilaku negatif. "Otaknya hebat" merujuk kepada 1. kecerdasan, atau 2. pencapaian gelar akademis. "Dasar otak bisnis" umumnya dikatakan kepada mereka yang perhitungannya kepada untung semata. Menurut James Smith, pemikiran di atas tidak sepenuhnya benar. Pengetahuan yang baik tidak serta membuat seseorang melakukan yang baik. Tahu tentang makanan yang sehat dan yang baik, misalnya, tidak membuat orang pasti mengonsumsi makanan yang sehat tersebut. Faktor kebiasaan yang membentuk hidup seseorang lebih sering menentukan perilakunya. Faktor kebiasaan tersebut terjadi melalui proses aktifitas fisik, yaitu melalui panca indra. Apa yang menjadi bau harum dan me