The Best Intellectuals (3)


"Siapa yang berubah dalam proses belajar dan mengajarkan firman Allah?"


Karl Barth membuat parodi Amos 5:21-23, namun dengan maksud yang serius, dalam menggambarkan sikap Tuhan terhadap para teolog dan teologinya, demikian:
I hate, I despise your lectures and seminars, your sermons, addresses, and Bible studies, and I take no delight in your discussions, meetings, and conventions. For when you display your hermeneutic, dogmatic, ethical and pastoral bits of wisdom before one another and before me, I have no pleasure in them...(Karl Barth, Evangelical Theology: An Introduction, terj. Grover Foley [Grand Rapids: Eerdmans, 1996/1963], 135)
Melihat gerakan guru jalanan itu yang semakin mendapat banyak perhatian, maka gerakan perlawanan juga semakin kuat. Perlawanan yang dilakukan semakin lama semakin terstruktur dan terkoordinasi. Biasnya juga sudah melebar ke beragam masalah: agama, sosial dan politik. Kehadiran guru itu memberi dinamika tinggi di masyarakat.

Namun guru itu tetap berjalan sesuai dengan maksud kehadirannya, yaitu mengajar dan membawa perubahan. Walau ada berbagai upaya untuk mengajak bahkan menjebaknya untuk ikut dan terlibat dalam perdebatan, gerakan perlawanan atau perjuangan untuk masalah agama, sosial ataupun politik, ia bergeming. Ia tetap fokus pada tugasnya: mengajar di jalan-jalan. 

Masalah agama, sosial atau politik sangatlah penting. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari ketiga masalah ini. Tiap orang pasti berurusan dengan ketiga hal tersebut. Namun bagaimana semua hal tersebut dimanfaatkan merupakan masalah yang lebih penting. Atau lebih spesifik, masalah "siapa" yang memanfaatkan lebih penting dari "apa"-nya.

Kembali ke pertanyaan sebelumnya, mengapa di jalan? Karena jalan atau jalananan merupakan "laboratorium" atau tempat menguji yang tepat untuk suatu ajaran; di jalan terjadi interaksi bersifat langsung dan spontan; di jalan terdapat keragaman latar belakang, pikiran dan tujuan; di jalan terjadi komunikasi sangat intensif; di jalan berlangsung dinamika masyarakat yang tinggi; di jalan bertaruh dan bersaing banyak kepentingan; di jalan mudah mendapat ekspos dan akses bagi semua hal; dan di jalan seringkali peristiwa-peristiwa besar dimulai.

Mengajar di jalan, dengan demikian, menjadi penting. Pengalaman guru tersebut, yang mendapat perhatian serius - baik secara positif maupun negatif - dari beragam orang, di jalan menjelaskan bahwa jalanan tidak mudah ditaklukkan. Guru itu tidak hanya berjuang untuk menyiapkan materinya, cara menyampaikannya namun juga siap mengantisipasi respon dari apa yang diajarkannya tersebut. 






Kesiapan mengajar di jalan, seperti guru jalanan itu, tidak mungkin tercapai tanpa dasar keyakinan yang kuat. Dasar keyakinan yang kuat juga tidak akan mampu bertahan tanpa karakterisasi keyakinan tersebut dalam hidup. Dan kuatnya karakterisasi keyakinan dalam hidup seseorang berbanding lurus dengan seberapa kuat tekanan yang ia telah atau sedang terima. 

Mengerti dan menguasai apa yang diajarkan merupakan harapan guru tersebut. Dan tentu harapannya tidak sebatas itu. Harapan tertingginya adalah bagaimana ajarannya tersebut menjadi hidup dalam kehidupan mereka yang mendengarkannya. Dengan demikianlah kepercayaan mereka kepada guru tersebut terbukti nyata. Ini tidak mudah, mengingat kehidupan di jalan dan para penentang guru tersebut bukanlah orang sembarangan. Namun guru itu meyakinkan mereka yang percaya kepadanya bukan hanya dengan kata-katanya, namun juga dengan hidupnya.

Menutup bagian ini, kita kembali ke Barth. Barth tidak sedang mengatakan bahwa teologi tidak penting, atau menjadi teolog tidak berguna. Namun ia hendak mengatakan bahwa, walau teologi merupakan ilmu yang harus dipelajari dan didalami secara serius (yang Barth buktikan melalui karya-karyanya), belajar teologi tidak dimaksudkan hanya untuk suatu ilmu atau suatu gelar; belajar teologi, seharusnya, dan ini yang lebih penting, menghasilkan perubahan hidup. Kita tidak hanya belajar tentang Allah, namun terlebih dari Allah. 

Bagaimana (hasil) (pem)belajar(an) itu terlihat? Bagaimana hal itu diuji? Dan dimana hal itu teruji? Dengan menjalani dan menjalankannya di jalan.

Tulisan lama yang diposting di fkai grup: Apr 24, 2012)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Identitas Diri Orang Percaya Dalam Dunia Digital

MARI BELAJAR 2

The Best Intelectual (5)