The Best Intellectuals (1)


"The best intellectuals may exist and operate outside the academy!" 

Dalam hal belajar, dari hasil pengalaman dan pembelajaran saya selama ini, terutama di sekolah teologi, ada dua pola yang menonjol (dalam istilah yang sederhana), yaitu: 1) individual - yang memperlihatkan kedalaman pengetahuan dalam kedangkalan relasional - dan 2) komunal - yang memperlihatkan kedalaman relasional dalam kedangkalan pengetahuan. Kedalaman dan kedangkalan merujuk kepada kadar "pengetahuan" yang mereka miliki. 

Walau bersifat akademik, pengetahuan, sejatinya, memiliki sifat sosial. Pengetahuan yang diracik dan digodok di laboratorium sekolah akan mendapat status sebagai suatu "ilmu" ketika sudah melewati pengujian dalam realitas sosial. Demikian halnya dengan sekolah teologi. Hasil pembelajaran selama di sekolah teologi akan mendapat pengujian sesungguhnya dalam pelayanan, yang menguji bukan hanya kesimpulan atau jawaban-jawaban teoritis, namun juga penghayatan atas pengetahuan tersebut. Penghayatan teruji dalam interaksi dan relasi personal dalam komunitas. Dalam penghayatan tersebutlah tercermin kedalaman keyakinan seseorang terhadap pengetahuannya. Contohnya, dikatakan bahwa tanda kasih kita kepada Allah terlihat dalam kasih kita kepada sesama. "Kebenaran" prinsip tersebut (sebagai pengetahuan) didasarkan kepada pembuktiannya secara konkrit dalam gereja (secara sosial). Demikianlah kebenaran tersebut diajarkan (sebagai pengetahuan) dan diceritakan (sebagai kenyataan yang telah terbukti atau teruji) sebagai "pengetahuan." 






Pengetahuan yang tidak memiliki keterkaitan dengan realitas sosial akan disebut sebagai pengetahuan misterius. Hanya orang-orang tertentu yang dapat mengakses dan mengertinya. Sebaliknya, bila pengetahuan tersebut semakin luas teruji dalam laboratorium sosial, maka pengetahuan tersebut mendapat status sebagai pengetahuan universal. Merujuk kepada contoh kasih di atas, walau kasih lebih cenderung dikaitkan dengan masalah agama atau spiritual, tidak dapat dipungkiri bahwa penjahat di kiri dan kanan Tuhan Yesus yang di salib masih mengharapkan kasih (sesuatu yang mereka tidak dapat atau ingin berikan bagi orang lain). Artinya, bicara masalah kasih bisa dalam beragam konteks dan bidang ilmu. 

Demikianlah terlihat keterkaitan antara relasi personal (secara sosial) dengan kedalaman pengetahuan (secara akademik). Walau seseorang telah memperoleh gelar akademik yang tinggi (yang membuktikan kompetensi dan otoritas intelektualnya), namun ketokohannya (yang membuktikan kompetensi dan otoritas sosialnya) terbukti dalam luasnya keterkaitan kegiatan intelektualitasnya itu dalam kehidupannya bermasyarakat. Saya setuju dengan pendapat Alister McGrath dalam judul di atas bahwa intelektualitas seseorang terbukti justru dalam relasinya dengan sesamanya. (A. McGrath, "Theology & the Futures of Evangelicalism" dalam The Futures of Evangelicalism, C. Bartholomew, et al., ed. [Leicester:IVP, 2003], 29).

Intelektualitas seorang Marthin Luther King, Jr., Bunda Theresia, Nelson Mandela menjadi "pengetahuan" yang diajarkan sekaligus juga sebagai bukti nyata yang diceritakan turun menurun (bahwa mereka itu benar-benar ada dalam sejarah). Terlebih dari itu, Tuhan Yesus yang telah menjadikan hidupnya sebagai pengetahuan sejati bagi kita, secara pasti membuktikan bahwa semua pengetahuan yang diajarkan-Nya benar adanya, dimana bantahan atau argumentasi pada saat itu (melalui intrik yang licik) tidak dapat menggugurkan kebenaran tersebut, hingga saat ini. Dalam relasinya dengan orang-orang berdosa, Tuhan Yesus bukan hanya memperlihatkan, namun juga membuktikan kebenaranan intelektualitas-Nya, bahwa pengetahuan yang sesungguhnya bukan hanya mengubah (pola pikir, pengetahuan) namun juga merubah (pola hidup, perilaku) seseorang. Perubahan yang demikianlah yang membuktikan kompetensi dan otoritas intelektual dan ketokohan seseorang.

Saya sendiri masih belajar dalam hal ini. Walau saya senang belajar dan membaca buku, kesenangan tersebut masih pada taraf individual. Saya masih perlu dan harus belajar agar kesenangan tersebut dapat dirasakan secara komunal, melalui perubahan sikap relasi saya dengan sesama saya.

Selamat belajar bagi kita semua...Tuhan memberkati.

(Tulisan lama yang diposting di fkai grup: April 17, 2012)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Identitas Diri Orang Percaya Dalam Dunia Digital

MARI BELAJAR 2

The Best Intelectual (5)