The Best Intellectuals (4)

Seorang yang biasa disebut pintar adalah orang yang tetap meninggalkan pertanyaan. Pertanyaan yang dia sendiri juga belum tahu jawabannya. Pertanyaan yang ia sendiri berupaya untuk jawab. Bila ada yang mengklaim memiliki jawaban untuk satu topik, misalnya tanaman, dalam kenyataannya ia hanya akan menjawab secara mendalam tanaman tertentu saja. Ia akan sulit dan tidak mungkin dapat menjelaskan tentang semua jenis tanaman. Namun demikianlah seseorang itu disebut ahli. Ia dapat menjelaskan secara spesifik dan mendalam pengetahuannya atas topik tertentu. 

Pertanyaan identik dengan mereka yang mau belajar. Karena itu, mereka berupaya dengan cara terus bertanya. Mereka bahkan mempertanyakan apa yang sudah diterima sebagai "hukum" di masyarakat.

Tuhan Yesus Sang Guru jalanan itu seringkali meninggalkan pertanyaan atau bahkan kebingungan untuk para pendengarnya, bahkan terhadap para murid-Nya sendiri. Ia sering "mengajar" dengan bertanya, atau membuat orang bertanya-tanya. Bila kita pernah mendengar kalimat "Yesus adalah jawaban", maka kita juga perlu mengatakan bahwa "Yesus adalah pertanyaan". Pertanyaan-Nya membuka pemikiran, menunjukkan kesalahan, mengajarkan pengertian, dan juga menyingkapkan kebenaran. Martin B. Copenhaver dalam Jesus is the Questions berkata demikian,
Jesus asks as many more questions than he is asked. In the four Gospels Jesus asks 307 different questions. By contrast, he is only asked 183 questions...(and) Jesus directly answers very few of the 183 questions he is asked.



  

Mengasumsikan bahwa kita memiliki jawaban adalah satu hal. Dan mengasumsikan jawaban tersebut tidak akan menimbulkan pertanyaan adalah hal lain. Jawaban selalu dalam konteks ruang dan waktu. Dalam konteks ruang, jawaban akan terlihat benar dan baik di tengah komunitas atau masyarakat tertentu. Itulah sebabnya perusahan teknologi berusaha merebut hati orang dengan mendisplai beragam jawaban yang sesuai dengan "hati" orang tersebut. Ini sekilas bagaimana IG memberikan tiap orang post yang "sesuai' dengan selera orang tersebut: From there (ranking algorithm) we make a set of predictions. These are educated guesses at how likely you are to interact with a post in different ways.

Dalam konteks waktu, pertanyaan dipahami secara secara berbeda di tiap zaman. Apa itu keindahan, misalnya, tidak secara mudah menemukan ukuran yang diakui oleh semua orang. Ada yang fokus pada obyeknya, pada subyeknya, pada kwalitasnya, pada dampaknya, pada bentuknya, dll. Tiap zaman jawaban terhadap pertanyaan itu ada perbedaan.  

Demikianlah jawaban (sebaiknya) selalu memicu pertanyaan. We learn through the question more than through the answers. Pertanyaan-pertanyaanlah yang membawa pemikir, peneliti, dan ilmuwan menemukan jawaban, solusi atau terobosan terhadap masalah, kendala atau persoalan di dunia ini. Dan pertanyaan-pertanyaan pula yang mendorong mereka melihat kemungkinan (possiblities) di masa depan. Artinya, mereka menemukan jawaban "sementara" yang memiliki masa berlakunya. Dan pertanyaanlah yang dapat memperpanjang masa berlaku tersebut, namun disertai perubahan-perubahan yang sesuai dengan konteks dan zamannya.

Mari, jangan tabukan pertanyaan. Jangan larang orang bertanya. Hindari melabeli orang yang sering bertanya. Berusahalah menerima tiap pertanyaan. Bahkan bangkitkan semangat bertanya di komunitas anda.

Jesus and his disciples went on to the villages around Caesarea Philippi. On the way he asked them, “Who do people say I am?”  They replied, “Some say John the Baptist; others say Elijah; and still others, one of the prophets.”  ~Mark 8: 27-28


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Identitas Diri Orang Percaya Dalam Dunia Digital

MARI BELAJAR 2

The Best Intelectual (5)